Cara Mengatasi Emotional Eating dari Para Milenial Jaman Sekarang
![]() |
Ilustrasi : Tatapan Mata sambil Makan Apel |
Jadi,
segera hentikan dengan cara mengatasi emotional
eating berikut!
Baca Juga :- Pola Hidup yang Wajib Dicoba
- Makanan Kalsium Tinggi Membantu Pertumbuhan
- Mulai Lakukan "Healty Eating" saat di Rumah Saja
- Jarang diketahui Khasiat dari Kebiasaan Ini
- Sering Dikonsumsi namun Tidak Tahu Manfaatnya
- Jangan Asal Gaya, ketahui dulu ini baru boleh Gaya
Cara
Atasi Emotional Eating
Emotional eating merupakan dorongan untuk
makan lebih banyak dari biasanya yang dipicu oleh kondisi emosi yang nggak stabil atau lelah dengan
rutinitas. Seperti yang telah disebutkan, emotional
eating bukan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, tapi sebagai
pelampiasan atas emosi yang tengah dirasakan. Apa bedanya?
Lapar
fisik biasanya datang secara bertahap, bisa menunggu, berhenti ketika sudah
kenyang, mempertimbangkan makanan yang sehat dan tidak memicu penyesalan atau
rasa bersalah terhadap diri sendiri. Sedangkan lapar emosi umumnya datang
secara tiba-tiba, keinginan untuk makan harus segera dituruti, berhenti saat
sudah puas, membutuhkan kenyamanan pada makanan tertentu dan memicu perasaan
bersalah setelah makan.
Kalau
kebiasaan emotional eating dilakukan
secara terus menerus, kamu bisa kelebihan asupan makanan dan berdampak pada
naiknya berat badan. Tapi, jangan khawatir. Kebiasaan tersebut bisa diatasi,
kok. Caranya?
Kenali Penyebabnya
Faktor
utama yang memicu emotional eating adalah
stress, marah, bosan, sedih, takut,
malu dan kebiasaan masa kecil. Umumnya, emotional
eaters punya pemicu spesifik yang bikin
mereka pengen makan manis atau
asin. Misal, kamu tiba-tiba ingin menyantap sushi
karena menonton film Jepang. Apabila mengalaminya, tulis pada selembar
kertas untuk membantumu mengurangi kebiasaan tersebut.
Petakan Aktifitas yang Bisa Picu Emotional Eating
Lanjutan
dari poin pertama, kamu bisa membuat pemetaan terhadap kegiatan-kegiatan apa
saja yang hendak dilakukan esok hari atau pekan depan. Entah pergi kuliah, janjian dengan klien di suatu tempat, menghadiri pesta ulang tahun teman lama atau
belanja bulanan. Setelah itu, tandai kegiatan atau tempat yang dapat memicumu
untuk makan lebih banyak.
Pemetaan
ini nggak hanya membantu mengetahui
seberapa produktifnya kamu, tapi juga bisa digunakan untuk mengidentifikasi
masalah utama. Contohnya, kamu jadi lebih banyak makan setelah ketemuan dengan klien di sebuah kafe. Dari pemetaan tersebut, kamu pun dapat
melihat aktifitas mana saja yang jadi sumber stress dan bikin kamu
melampiaskannya ke makanan.
Bikin Daftar 5 Hal
Ketika
kamu tidak bisa menghentikan dorongan untuk makan yang tak terkendali,
distraksi adalah solusi yang tepat. Susan Albers Psy.D., seorang psikolog dari
Cleveland Clinic menyampaikan bahwa distraksi dapat mengalihkan perhatianmu,
dari yang semula fokus pada keinginan untuk makan, jadi ke aktifitas lain.
Untuk
membantumu menerapkannya, coba tulis 5 hal yang bisa mengurangi stress, misal mendengarkan musik,
membaca buku, menggambar dan hobi lain yang kamu suka pada selembar kertas.
Lalu, tempelkan kertas tersebut di pintu kulkas, lemari penyimpanan snack atau meja makan. Kalo kamu mulai merasa lapar, pilih satu
di antara kegiatan itu dan lakukan selama 5 menit. Dengan begitu, perhatianmu bakal teralihkan ke sana.
Buat Skala Lapar
Perutmu
udah keroncongan lagi, padahal baru
diisi beberapa waktu yang lalu. Coba ingat-ingat, jam berapa terakhir kamu
makan. Jika jaraknya hanya 2 jam dari waktu makan sebelumnya, mungkin kamu nggak lapar, melainkan haus. Jadi,
jangan langsung makan dulu, ya. Lebih baik memperbanyak minum air putih.
Selain
itu, kamu juga bisa membuat skala lapar untuk mengetahui apakah itu lapar fisik
atau kah lapar emosi. Bikin 10 level
skala lapar, mulai dari sangat kelaparan hingga sangat kekenyangan.
Grounding Pikiran dan Tubuhmu
Cara
mengatasi emotional eating berikutnya
adalah melakukan grounding. Grounding sendiri
merupakan salah satu teknik yang paling efektif untuk membantumu bertahan
melewati kondisi emosional yang berat. Teknik tersebut bekerja dengan membawa
fokus pikiranmu untuk menyadari apa yang sedang terjadi sekarang, daripada
tetap memikirkan hal-hal yang bikin dirimu
resah.
Teknik
grounding bisa dilakukan dengan cara
mengambil buku, majalah dan sebagainya, lalu pilih sebuah paragraf. Baca
paragraf itu pada diri kamu sendiri, mulai dari kata yang paling akhir hingga
paling awal. Lakukan teknik itu pada dua paragraf.
Selain
pikiran, fisikmu juga perlu di-grounding.
Susan Albers merekomendasikan beberapa cara, seperti memegang es batu dan
membiarkannya mencair di antara jari-jari tangan, menggigit potongan buah lemon
dan meletakkan tangan di bawah air panas atau dingin. Pokoknya, lakukan sesuatu
yang bikin perhatianmu terfokus pada
apa yang tengah terjadi pada tubuhmu.
Hidup
emang penuh dengan kejutan yang bisa bikin emosi kamu naik-turun. Tapi,
jangan biarkan dirimu kalah dengan keadaan dan melampiaskannya ke makanan, ya.
Banyak, kok, cara yang lebih baik dan bijak untuk menyikapi masalah tanpa harus
mengorbankan kesehatanmu, baik secara fisik maupun mental. Jika kamu tetap
tidak bisa menghentikan kebiasaan tersebut, coba konsultasi dengan psikolog
atau ahli gizi yang paham tentang konsep mindful
eating atau intuitive eating.
0 Response to "Cara Mengatasi Emotional Eating dari Para Milenial Jaman Sekarang"
Post a Comment
Silahkan berkomentar secara bijak sesuai isi dari artikel yang telah anda baca di blog ini.